Friday, March 31, 2006

Betapa aku membenci fakta. Kuhirup asap rokokku dalam-dalam, masih setengah perjalanan di jalan kampung ini, jalan yang sama yang selalu kulewati ketika...ketika pingin jalan-jalan!!

Suit Suitt.....
Brengsek, gumamku.

GAK PERNAH LIAT CEWEK, APA?!!!

aku berhenti di tengah jalan, menatap beberapa kepala yang terperangah.
Resek, gumamku lagi sambil menyentil puntung rokokku beberapa meter jauh ke depan. Aku memutuskan untuk terus berjalan, daripada ribut.

Mbaknya galak...

Eh, bajingan, pengecut, umpatku dalam hati. Berani betul, baru ngomong pas aku udah lewat lima meter jauhnya. Taik.

Ya Tuhan, apa kamu ingin (atau sudah?) menjadikanku magnet bagi pengecut-pengecut seperti mereka? Kujejakkan langkahku ke puntung rokok yang tadi kubuang. Huh, pengecut.

---

Aku tahu, pikirannya sedang kacau. Yep, aku mengenalinya dengan sangat baik. Ketika ia melonjak-lonjak kegirangan, atau berlari turun dari bus dengan langkah-langkah ringan seperti setiap kali dia merasa jatuh cinta, atau berlari menyongsong kekasihnya (ya, kekasihnya! Dammit!!), atau berjalan dengan langkah pelan tapi mantap. Lalu - kejadiannya berlangsung begitu cepat! - kakinya menyapu wajah seorang gadis.

Aku terkejut. Kukira itu hanya khayalanku sesaat. Sudah begitu lama ia tidak melakukannya. Aku tahu betul. Aku mencoba untuk membawanya pergi, tapi ia marah sekali. Binar matanya yang biasa terlihat geli sewaktu tertawa atau mengingsut manja (oh, cantik sekali! aku juga ingin memanjakannya!) kini berkilat marah. Murka. Dan aku tahu, dia akan kembali bersikap apatis seperti dulu. Betapa aku membenci fakta.

---

Anjeeeenggg..... ngapain gue berentiin bus 43! mo ngebakar rumahnya, ape? Biarinlah, biar ngumpet di ketek maknya berbulan-bulan. Hey Mama, your son is a fucking coward!! Haha, brengsek, ngapain sih gue? patah hati, neng? huh, sori ya, sakit hati sih, iya! apa sama ya? huhu taeklah. hmm... jam berapa sekarang? shit, baru jam setengah delapan pagi, and I'm swearing like a pirate. Betapa aku membenci pagihari!!!

---

Baru jam delapan pagi. Dan aku udah kecipratan vodka. Aduh sayang, sudahlah! Ya, ya, aku mengerti! Bagaimana kamu rela bangun pagi-pagi sekali untuk menemuinya (padahal kamu begitu membenci pagihari!), bagaimana kamu rela dan sudi mendengarkan tetek bengek tentang dirinya (ya ya, cara jitumu mengait laki-laki, dengan membiarkan mereka bercerita tentang topik yang paling mereka sukai : diri sendiri) padahal kamu sangat ingin berkeluh kesah padanya. Aku heran, bagaimana kamu yang secerdas itu bisa tertipu!! Aku bisa melacak langkah-langkahnya, aku tahu dia dari mana, sama siapa. Aku tahu itu semua! Dari kampus, hujan-hujanan? gak mungkin, dia naik motor tapi tidak ada bekas lumpur di sepatunya. HEY, dia naik mobil! - dan kamu tahu kan, dia tidak punya mobil, sayang. Bukannya aku sok jagoan, sok jantan, sok detektif-detektifan, tapi aku memperhatikan! Halooo!!! cemburu?? ah, terserah! Betapa aku sudah bersamamu, menemanimu lima tahun lamanya dan aku sangat, sangat mengenalmu! Terserah! Dan lagi... HEY!! jangan ciprati lagi aku dengan vodkamu! oh, betapa aku membenci fakta.

---

Hey baby, where's your boyfriend?
He went straight up to hell.
Whoa... hahaha... even I don't wanna go to your hell, Bella Donna.

Yep. Great. Baru satu hari berlalu dan semua orang udah tau. I hate all these attentions. Aku gak pernah mengharapkan perhatian atau simpati apa pun. Mungkin harusnya aku langsung pergi setelah menendang muka perempuan jalang itu, gak udah pake maki-makian ato ludah-ludahan ke muka mereka.

Eh Donna... mabuk ya?
Gimana gak mabok, gue udah minum dari jam delapan pagi.
Ngapain sih minum-minum? Kontrol dong... Kalo stress cerita aja, gue mau kok dengerin keluh kesah lo...
Ah taik. mendingan lo nonton gue. Gue naik setengah jam lagi.

blah... kalimat setan. ujung2nya tetep aja mabokin gue trus nyeret gue ke rumahnya. taik bebek.

Pusing...
Pusing...
Panggung... Blitz... Bodysurfing! AHAHA!!
Pusing...

Itu dia. Ya Tuhan, itu dia. Di tengah-tengah moshpit, mengacung-acungkan sebuket mawar hitam kesukaanku. Oh Tuhan, aku begitu pusing. Mabuk. Berbunga-bunga. Hitam. C'mon, you can do better than that! Baby girl, he's cheating on you! oh Tuhan, beri aku fakta. Aduh, aku pusing.

---

Ah, sialan. Hari-hari itu kembali lagi. Aku sedikit membencinya karena ini. Aku hanya disepak-sepak, dijejerkan bersama sepatu-sepatu lain yang tidak kukenal - kubenci malah! - karena semua milik laki-laki brengsek itu. Lihat saja, apa yang akan ia lakukan terhadapnya sesudah ini.

---

Hmmm...
Kenapa, sayang?
Gak papa, aku kangen. Kamu jangan jauh-jauh.
Nggak kok, cuman beres-beres dikit. Say, kamu pake bootsku aja.
Kenapa emangnya?
Biar keliatan lebih galak kalo di panggung.
Biar kalo nendang lebih sakit ya?
Kok gitu sih say...
Padahal kan yang ditendang bukan kamu.
Ah terserah.
Yee.
Ya udah, pokoknya Converse-mu aku masukin karung ya?
Hmmmm....

Anjing, emangnya gue gak bisa liat sepatu Armani baru lo?
GIGOLO!!! murah!! boy, gue bisa lebih mahal dari Doc Martens lo!!
Oh sayang, Converse-mu mengerikan!!

AH, BETAPA AKU MEMBENCI FAKTA!!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home